Minggu, 08 Februari 2009

JK Rowling (Harry Potter)

Sejak kecil, Rowling memang sudah memiliki kegemaran
menulis. bahkan di usia 6 tahun, ia sudah mengarang
sebuah cerita berjudul Rabbit. ia juga memiliki
kegemaran tanpa malu" menunjukan karyanya kepada
teman" dan orangtuanya. kebiasaan ini terus dipelihara
hingga ia dewasa. daya imajinasi yang tinggi itu pula
yang kemudian melambungkan namanya di dunia.

Akan tetapi, dalam kehidupan nyata, Rowling seperti
tak henti disera masalah. keadaan yang miskin, yang
bahkan membuat ia masuk dalam kategori pihak yang
berhak memperoleh santunan orang miskin dari
pemerintah Inggris, itu masih ia alami ketika Rowling
menulis seri Harry Potter yang pertama. ditambah
dengan perceraian yang ia alami, kondisi yang serba
sulit itu justru semakin memacu dirinya untuk segera
menulis dan menuntaskan kisah penyihir cilik bernama
Harry Potter yang idenya ia dapat saat sedang berada
dalam sebuah kereta api. tahun 1995, dengan susah
payah, karena tak memiliki uang untuk memfotocopy
naskahnya, Rowling terpaksa menyalin naskahnya itu
dengan mengetik ulang menggunakan sebuah mesin ketik
manual.

Naskah yang akhirnya selesai dengan perjuangan susah
payah itu tidak lantas langsung diterima dan meledak
di pasaran. berbagai penolakan dari pihak penerbit
harus ia alami terlebih dahulu. diantaranya, adalah
karena semula ia mengirim naskah dengan memakai nama
aslinya, Joanne Rowling. pandangan meremehkan penulis
wanita yang masih kuat membelenggu para penerbit dan
kalangan perbukuan menyebabkan ia menyiasati dengan
menyamarkan namanya menjadi JK Rowling. memakai dua
huruf konsonan dengan harapan ia akan sama sukses
dengan penulis cerita anak favoritnya CS Lewis.

Akhirnya keberhasilan pun tiba. Harry Potter luar
biasa meledak dipasaran. semua itu tentu saja adalah
hasil dari sikap pantang menyerah dan kerja keras yang
luar biasa. tak ada kesuksesan yang dibayar dengan
harga murah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar